Thursday, May 15, 2008

Tren Kebaya Modern dari Marga Alam

Glamor Tanpa Mengumbar Sensualitas.

KEKUATAN MOTIF – Kekuatan karya cipta kebaya Marga Alam terletak pada hiasan motif dan pemakaian hiasan manik-manik.


JAKARTA – Bagaimana keharusan tren kebaya untuk pesta resmi? Pertanyaan ini pantas dijawab oleh perancang kebaya Marga Alam (35), yang merintis kerjanya itu sejak tahun 1997. Dia dikenal cerdik menyelaraskan brokat dan batik yang senada motifnya, dan saling menunjang.

Karya kebayanya harmonis dan glamor, tanpa mengumbar sisi sensual dan seksualitas pemakai. Namun, ia biasa
mengikuti situasi di mana pergelaran busana dan wilayah pelanggannya berada. ”Di Indonesia dan luar negeri berbeda.Saya harus bisa mengikuti pola budaya di setiap negara,” kata perancang yang kebayanya telah dikenal hingga Malaysia, Thailand dan Hong Kong itu.
Umumnya dia merancang kebaya panjang, yang kini tak hanya dipakai kalangan wanita Melayu. Marga juga cermat memadu kebaya dengan warna kulit pemakai secara fleksibel.
Marga tak takut karya kebayanya jadi monoton, karena selalu berupaya mengeluarkan detail dan motif terbaru. ”Ini dibantu dengan perkembangan industri tekstil yang kian terus maju,” sambungnya.

Inovasi Ruwet
Ada perbedaan utama dengan perancang kebaya lain, Marga membongkar desain, detail dan penempatan motifnya berulang-ulang. Alasannya, karena setiap karya kebayanya disontek orang. Dia sengaja melakukan inovasi ruwet, biar sulit ditiru.
Marga juga dipandang sukses mengubah pasar kebaya jadi tak terbatas. Ini terwujud karena tekadnya yang kuat membuat karya kebaya terbaik. Tugasnya bisa lancar, diyakini Marga, karena pengerjaannya berlandaskan ibadah dan hobi.

”Agar tetep dicari dan menghasilkan rezeki,” ungkapnya, usai menggelar koleksi kebaya terbaru di Lamoda Café, Plaza Indonesia, Minggu (9/11) petang.
Bayangkan, tiap kali pelanggannya bisa membeli atau memesan hingga 15-20 setel kebaya. Marga mengaku membuat kebaya butuh penanganan spesial, karena sifatnya yang sensitif. ”Butuh pengalaman pada penanganan bahan-bahannya. Keahlian sangat diperlukan untuk menyelaraskannya ke berbagai jenis tubuh. Tak bisa buru-buru,” jelas Marga.
Kekuatan kebaya Marga terletak pada motif dan pemakaian manik-manik. Itu yang paling membedakannya dari desainer kebaya lain.
Hampir segala proses produksi ditanganinya sendiri. ”Kontrol dilakukan 100 persen sehingga benar-benar selesai,” lanjut Marga.

Bangga
Sejak awal dia mengaku bangga dengan kain-kain tradisional. Kesemua kebayanya bersumber dari ide baju tradisional kebaya, yang inspirasinya diambil dari sejumlah daerah di Indonesia; yakni Jawa, Sunda, Sumatra dan Sulawesi.
Di kesempatan pergelaran kebayanya yang terbaru, (9/11), Marga Alam menyuguhkan karya kebaya modern yang memakai materi brokat Prancis, renda Prancis, tule Inggris, dan bahan sutra sebagai pendukungnya.
Marga Alam menciptakan beberapa gaun yang dipadupadankan dengan batik Jawa tradisional, batik modern, songket Palembang, dan sarung Donggala Sulawesi.
Dia melakukan teknik pembuatan kebaya dengan cara pengaplikasian dari brokat ke atas bahan sutra, atau dengan bordir yang diaplikasikan di atas brokat, dengan ditambah payet, mote, dan kristal. Segalanya itu telah menjadi keistimewaan rancangan kebaya etnik modern, dan menjadi ciri spesial dari Marga Alam.
Dalam hal motif bordir, Marga memilih segi motif-motif dari Indonesia untuk hiasan kebaya rancangannya.
Menyinggung harga jual kebayanya, dia membaginya dalam berbagai keperluan, dan dimulai dari kebaya pesta seharga Rp 3.500.000 hingga kebaya pengantin yang berharga sekitar Rp 7.500.000 - Rp 15.000.000.
Marga mengkhususkan dirinya pada kebaya adibusana. ”Karena di mal, kebaya jarang yang beli … Saya ngumpet di Tebet (domisili butiknya), malah banyak yang dateng. Mereka menghargai karya seni dan hal yang berbeda,” cerita Marga.
Kalangan pelanggannya terdiri dari para ibu rumah tangga seusia 30 - 40 tahun, ataupun wanita dewasa di atas 25 tahun.
Menilai batasan sensual dari karya kebayanya, Marga menyebut batas kewajaran di atas lutut, lengan dan dada. ”Bila keterlaluan, orang malu pakeknya,” ujar mantan Top Model Indonesia (1989) itu.
Marga mulai terjun ke desain fashion sebagai perancang gaun pengantin internasional. Namun, memilih lompat ke rancangan kebaya, karena ingin sesuatu yang baru. Dia lalu membuat kebaya aplikasi detail lengan dan sambungan yang selaras couture pengantin internasional. Debutnya berawal sebagai Juara I se-ASEAN (1985) melalui baju pengantin yang dipadupadankan dengan kebaya internasional.
(SH/john js)

0 comments: